26 Juli, 2009

Ayat 'Seribu Dinar'

Oleh: M. Faisol Fatawi

Beberapa hari yang lalu, saya mengunjungi seorang teman. Seperti biasa, saya diperlakukan layaknya tamu yang terhormat. Saya dipersilahkan duduk. Dan tak lama kemudian, semua hidangan dikeluarkan, mulai minuman, makanan ringan bahkan sampai jamuan makan. Sambil menikmati hidangan yang tersedia, pandangan saya tertuju pada sebuah hiasan dinding berpigora yang di dalamnya tertulis sebuah kaligrafi ayat al-Qur’an. Saya membaca hiasan kaligrafi itu sampai selesai. Namun yang membuat saya tertegun adalah bahwa di bawah hiasan kaligrafi tersebut tertulis kata ‘ayat seribu dinar’.
Saya termenung sejenak berpikir apakah di dalam al-Qur’an itu ada ayat yang disebut dengan ‘ayat seribu dinar’? Seingat saya, yang ada hanyalah sebutan ayat Kursi, ayat Qital (peperangan), ayat Sajdah dan seterusnya, yang mana sebutan itu sendiri berasal dari riwayat-riwayat yang datang dari nabi saw atau para sahabat.
Sambil menikmati hidangan dan melakukan obrolan ringan, saya mengamati kembali kaligrafi ayat al-Qur’an itu. Tulisan kaligrafi itu tidak lain adalah ayat kedua dan ketiga dari QS al-Thalaq. Jika ayat itu diterjemahkan ke dalam bahasa kita, maka artinya “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka Dia akan memberkan jalan keluar. Dan Dia akan memberinya rezki yang tidak disang-sangka. Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sesunguhnya Allah telah membuat ketentuan bagi tiap-tiap- sesuatu”.
Sebenarnya saya masih belum yakin dengan kesimpulan saya yang seperti itu. Karena, dalam benak saya bertanya-tanya kenapa ayat 2 dan 3 dari QS al-Thalaq yang disebut dengan ‘ayat seribu dinar”? Mengapa bukan malah surat al-Waqi’ah yang disebut dengan ‘surat seribu dinar’? Bukankah justru surat al-Waqi’ah yang selama ini diyakini oleh banyak umat Islam dapat mendatangkan keberkahan rezki jika dibaca setiap hari secara istiqomah. Sampai-sampai sebagian orang mengadakan tradisi rutinan yang biasa disebut dengan waqi’ahan agar mereka dimudahkan oleh Allah rezkinya.
Saya sempat berpikir, mungkin ayat yang disebut dengan ‘ayat seribu dinar’ tersebut betul-betul dapat memudahkan rezki seseorang manakala ayat itu diamalkan, dibuat wirid atau dibaca dalam hitungan tertentu, sebagaimana surat al-Waqi’ah yang sudah umum dipraktikkan (dibuat wiridan) oleh kaum muslimin. Atau dibuat wiridan seperti ayat Kursi, yang—konon berdasarkan riwayat dari nabi—dapat mencegah mara bahaya dan bala’. Tetapi lagi-lagi, pikiran ini saya tepis dengan sendirinya karena saya tidak pernah menemukan seseorang, baik kawan, guru maupun kiai, yang mengajarkan untuk membaca ayat ke 2 dan 3 dari QS al-Thalaq tersebut dalam hitungan tertentu supaya mendapat kemudahan rezki dari Allah Swt.
Yang seringkali diajarkan oleh para guru dan kiai tentang dua ayat itu adalah bahwa keduanya menjelaskan kepada umat Islam supaya mereka bertakwa kepada Allah Swt. Karena, siapa yang bertakwa kepadanya dengan betul-betul takwa, maka Allah akan memberi jalan keluar dari kesusahan; Allah akan memudahkan rezki dan melimpahkannya. Setiap orang Islam juga harus bertawakkal kepada Allah, karena siapa yang bertawakkal kepada-Nya maka akan diberi kecukupan dalam hal-hal yang dibutuhkan.
Menurut saya, penjelasan seperti ini juga seringkali disampaikan dalam berbagai kesempatan dan tempat, melalui forum pengajian atau mimbar jum’at. Oleh karena itu, saya pun tidak yakin jika dua ayat dari QS al-Thalaq itu dapat dijadikan wirid untuk mendatangkan kemudahan rezki. Toh, menjadikan wirid kedua ayat tersebut merupakan sesuatu yang tidak lazim dilakukan oleh banyak orang Islam.
Di sini, saya baru sadar ternyata tulisan ‘ayat seribu dinar’ tadi merupakan pengertian bebas dari ayat tersebut; orang yang bertakwa akan mendapat jalan keluar, rezki yang luas dan dicukui oleh Allah. Ya, rezki itu tidak lain diasumsikan dengan melimpahnya uang atau harta. ‘Seribu dinar’ adalah simbol melimpahnya rezki yang dijanjikan oleh Allah itu.
Saya pun malu dengan diri sendiri. Ternyata, ayat yang diberi nama dengan ‘seribu dinar’ tersebut sarat dengan makna filosofis tentang kebutuhan hidup. Jauh lebih filosofis (mendalam) katimbang sekedar membiasakan diri dengan membaca surat al-Waqi’ah yang diyakini dapat mendatangkan kemudahan rezki. Saya pun mulai sadar bahwa kita seringkali mendengar atau bahkan membaca ayat ‘seribu dinar’ itu dengan mata kepala sendiri, tetapi kita begitu mudah melupakannya. Kita mudah lupa bahwa Allah menjanjikan orang yang bertakwa dengan kemudahan rezki dan segala urusannya serta dicukupi kebutuhannya. Rezki adalah milik Allah Swt. Dan kenyataanya, kita seringkali lebih menyukai atau mudah tertarik dengan rezki daripada Sang ar-Razzaq (Maha Pemberi rezki) itu sendiri. Saya pun menghelakan nafas. Astaghfrullahal adzim.[mff]

2 komentar:

Sebutan “Ayat 1000 Dinar” adalah sebutan atau nama yang tidak tercantum di Qur’an, walau isinya diambil dari ayat suci Al Quran…Mungkin sama seperti sebutan “ Doa Sapu Jagad” yang juga tidak ada surat atau ayat seperti itu di Quran….tapi bagi yang pernah naik haji tentu pernah tahu dan membaca doa Sapu Jagad ini waktu melakukan Tawaf……
kami menyediakan kaligrafi ukir ayat 1000 dinar baik dengan ukuran yang bervariasi, silahkan kunjungi toko kami di Kaligrafi Ukir