20 Agustus, 2009

Memaknai Keberkahan Bulan Ramadhan

Oleh: M. Faisol Fatawi

Berkah merupakan satu hal yang selalu diidam-idamkan oleh setiap diri kita. Setiap kita senantiasa berdoa untuk mendapatkan keberkahan dalam hidup, rezki dan segala aktifitas yang dijalankan. Berkah menjadi pengisi doa yang paling dicari sebagaimana keselamatan, kesehatan dan berbagai jenis kebaikan yang lain.
Dalam pemahaman yang sudah lumrah, pengertian"berkah” didefinisikan sebagai bertambahnya kebaikan (ziyadah al-khoir). Jika misalnya dikatakan bahwa kehidupan seseorang itu mendapat berkah, maka berarti ia berada dalam kebaikan yang selalu bertambah. Rezki yang penuh berkah berarti rezki yang dapat mendatangkan kebaikan.
Sebagian mufassir juga mengartikan berkah dengan manfaat. Sesuatu dinyatakan berkah jika memiliki manfaat. Sahabat Ikrimah pernah menyatakan: “beribadah malam hari merupakan ibadah yang paling banyak berkahnya.” Berkah di sini tidak lain adalah hal-hal yang baik atau kemanfaatan yang ditimbulkan dari aktifitas beribadah di malam hari; situasi tenang yang dapat mendorong lahirnya ketenangan hati atau kestabilan psikologis. Bahkan dalam sabda Rasul terdapat hadits yang menyatakan: “berwudlu sebelum makan dan sesudahnya adalah berkah.” Dengan berwudlu tangan menjadi bersih dan kotoran-kotoran yang menempel menjadi hilang. Makan dengan tangan bersih dapat mengindarkan diri dari kemadharatan anggota tubuh.
Di samping itu, berkah dapat diartikan dengan keberuntungan dan kesucian. Dalam kitab-kitab turats seringkali dikatakan; la barakata fi al-harami yang berarti bahwa dalam hal-hal yang haram tidak ada berkah. Sesuatu yang haram tidak memiliki berkah karena pada hakikatnya ia tidak bersih atau suci, sehingga tidak dapat mendatangkan keberuntungan di sisi Allah.
Begitulah berkah memiliki medan makna yang tidak sempit. Berkah berarti bertambahnya kebaikan, sesuatu yang dapat memberikan manfaat, keberuntungan dan kesucian. Sesuatu yang dapat mendatangkan kebaikan, keberuntungan, kesucian dan kemanfaatan menjadi tujuan dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu, tak heran jika Rasulullah Saw pun memerintahkan umatnya untuk memburu keberkahan. “Bergegaslah menuju berkah Allah seolah-olah aku (Nabi) melihat para pegulat tangguh.” Demikian sabda kanjeng nabi. Dengan demikian, berkah itu terkait dengan sebuah nilai, dan bukan berwujud sesuatu yang bendawi atau materialistik.
Kenyataannya yang terjadi, orang sering menganggap berkah sebagai bertambahnya sesuatu yang bersifat fisik. Misalnya, ada orang yang membelanjakan harta benda kemudian orang itu mendapat ganti harta benda yang lain, baik serupa maupun tidak serupa. Atau misalnya kita memegang uang sedikit tetapi dapat mencukupi kebutuhan hidup. Berkah dianggap sebagai sesuatu yang dapat menarik keuntungan bendawi.
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang diyakini dapat mendatangkan berkah dan ampunan. Cobalah kita mengamati berapa keuntungan yang didapat oleh para pedagang dari bulan Ramadhan. Rata-rata omzet mereka mengalami kenaikan luar biasa pada bulan yang satu ini. Karena, tingkat komsumsi masyarakat terhadap kebutuhan, baik pokok maupun non pokok, semakin meningkat. Cobalah kita lihat juga berapa keuntungan yang diraih oleh produser iklan yang hampir setiap tayangannya menggunakan momen Ramadhan sebagai daya tariknya. Atau lihat pula maraknya sinetron-sinetron relegius yang hadir khusus menyambut bulan Ramadhan yang penuh berkah itu.
Hal yang paling penting terkait dengan berkah adalah bertambahnya nilai relegiusitas yang tercermin dalam amal ibadah yang dilaksanakan; bagaimana nilai itu semakin diinternalisasikan dalam diri sehingga seseorang mendapatkan kebaikan dan keuntungan di sisi-Nya. Keberkahan tidak dapat dipandang dari sudut pandang transaksi jual beli. Yakni, mendapatkan keuntungan secara bendawi. Dengan demikian, berkah Ramadhan tidak sekedar bertambahnya keuntungan materialistik, tetapi meningkatnya nilai-nilai Ramadhan itu sendiri bagi keberagamaan kita sehari-hari. Keberkahan terbesar dari bulan Ramadhan adalah semakin meningkatnya nilai-nilai tentang ketuhanan dan sekaligus kemanusiaan yang tertanam dalam setiap insan yang mukmin. Wallahu a’lam. [mff]

1 komentar:

Ramadlan adalah bulan puasa dan puasa berarti menahan diri. ada dua istilahkan yang digunakan al-Qur'an untuk masalah ini, yaitu shiyam dan shaum. http://khudorisoleh.blogspot.com/search/label/Puasa