19 Agustus, 2009

Kemerdekaan di Penghujung Puasa

Oleh: M. Faisol Fatawi

Ada yang lain dalam perayaan HUT RI ke 64 kali ini. Perayaan kemerdekaan tahun ini hampir berbarengan dengan bulan suci Ramadhan. Sebuah bulan yang penuh berkah dan ampunan. Tidak hanya itu, cobalah lihat kemeriahan perayaan itu dengan mengibarkan bendera merah putih di mana-mana. Di puncak dan lereng gunung, di dasar laut; semua mengambil momen penting kemerdekaan RI ke 64 dengan penuh khidmat.
Ditambah lagi berbagai ragam perlombaan dilaksanakan di seantereo bumi Indonesia. Mulai jenis perlombaan yang paling ringan seperti lomba makan krupuk, balap karung dan lain-lainnya, sampai perlombaan dari berbagai jenis olahraga. Yang menarik lagi, sebagian perlombaan yang digelar di beberapa tempat mengambil tema terorisme. Sungguh antusiasme yang luar biasa.
Beratus-ratus tahun yang lalu negeri yang kita cintai ini dalam cengkraman kaum penjajah. Mungkin terbersit dalam benak anak bangsa ini bagaimana para pejuang memanggul senjata seadanya (bambu runcing, tombak, parang dan senjata tajam lainnya), dan dengan begitu gagah berani melakukan perlawanan secara mati-matian kepada para tentara penjajah. Dan pada akhirnya, semua usaha itu dapat mengusir kaum penjajah dari negeri ini.
Dalam bahasa agama usaha yang gigih untuk melakukan peperangan terhadap musuh dikenal dengan sebutan jihad. Oleh karena itu, para pejuang bangsa kita dapat disebut bahwa mereka telah berjihad ketika melawan dan mampu mengusir musuh. Jihad dalam pengertian seperti ini lebih bersifat fisik. Jihad yang lebih berat adalah memerangi penyakit-penyakit jiwa atau yang lebih sering disebut dengan hawa nasfu.
Secara fisik, mungkin bangsa ini telah mendapatkan kemerdekaan. Tetapi kenyataannya, bangsa ini sedang dicengkram oleh penyakit-penyakit nafsu, jiwa dan mental. Hal ini ditandai dengan masih maraknya kasus penggelapan uang negara atau korupsi, tindak pidana yang hampir setiap hari terjadi secara silih berganti di mana-mana, sikap keadilan dan kejujuran diacuhkan, atau bahkan telah disinyalir rasa nasionalisme anak bangsa ini telah mengalami degradasi. Jika memang hal ini yang terjadi, maka kita perlu memaknai ulang perayaan kemerdekaan RI. Tentunya, merayakan kemerdekaan itu tidak sekedar upacara atau sekedar mengadakan rutinitas perlombaan yang lebih bersifat dramatis.
Nilai yang mempertemukan antara HUT RI ke 64 kali ini dengan bulan suci Ramadhan adalah Jihad. Jihad dalam pengertian memerangi hawa nafsu, bukan secara fisik. Pengertian jihad seperti ini jauh lebih penting dalam menjalani kehidupan berbangsa, beragama dan bernegara. Rasulullah Saw ketika usai melakukan perang dengan kaum musyrikin pernah menyatakan: “Kita telah pulang dari jihad kecil menuju jihad yang lebih besar.” Lalu sahabat bertanya: “Apa jihad yang lebih besar itu?” Rasul pun mejawab: “Yaitu, memerangi hawa nafsu.”
Momen pertemuan antara hari kemerdekaan dengan bulan Ramadhan seyogyanya dapat dijadikan sebagai tonggak untuk berjihad melawan segala penyakit diri atau hawa nafsu. Tantangan terbesar seorang yang sedang berpuasa adalah godaan-godaan jiwa (hawa nafsu). Seseorang bisa berpuasa untuk tidak meneguk minuman dan memakan makanan sedikitpun. Tetapi, ia belum tentu dapat menjauhkan penyakit-penyakit nafsu yang lain, seperti iri hati, dengki, menggunjing orang lain, bersikap munafik, marah dan atau hasrat-hasrat negatif yang lainnya.
Kita mungkin ingat sabda kanjeng nabi yang cukup terkenal: “Betapa banyak orang-orang yang berpuasa itu, tetapi mereka tidak mendapat apa-apa kecuali hanya lapar dan haus dahaga.” Sabda ini mengisyaratkan kepada kita semua bahwa pada hakikatnya bukan sekedar menahan lapar dan haus dahaga. Tetapi, juga harus mengontrol jiwa dari berbagai hasrat negatif. Seyogyanya kita juga tidak merayakan kemerdekaan bangsa ini dengan cara sekedar menjadikan aktifitas rutinan sebagaimana yang diisyaratkan dari sabda kanjeng nabi itu. Kita musti memaknainya dengan cara pandang yang lebih mendalam. Memerdekakan bangsa dari hawa nafsu diri kita yang seringkali memperdaya tanpa kenal lelah. Inilah kemerdekaan yang sejati.[mff]

0 komentar: